Info berita prabowo subianto
Info berita prabowo subianto
Blog Article
If he did not get immunity, they explained, The usa would be obligated to investigate no matter if he was criminally responsible for torture and possibly carry him to demo or extradite him.
We have to make use and Construct on anything that has been built by our predecessors. That’s why individuals of all strata nearly all them get my concept and help us.
Prabowo masih unggul di hasil survei enam hari jelang pencoblosan, apakah hasil survei bisa dipercaya?
Capres 02 Prabowo Subianto bercerita yang terjadi di lapangan saat pelaksanaan uji coba plan makan siang gratis untuk anak di daerah. Seperti apa ceritanya?
Selama ini, lahan 165 ribu hektare tersebut sudah pernah dibuka sebagai persawahan namun tak terawat dengan baik. Inilah yang akan dijadikan food items estate.
"Serangkaian tindakan Presiden Joko Widodo yang kerap kali memberikan apresiasi dan karpet merah bagi terduga pelaku kejahatan HAM di Indonesia tentu turut memperkuat belenggu impunitas di bumi pertiwi," kata KMS dalam pernyataan tertulisnya.
Fidelis berkata, Harian Kompas menerima materi iklan itu dari Kemhan. Dia membuat klaim, structure iklan itu berbeda dengan tampilan artikel produk jurnalistik yang disusun oleh para wartawan Kompas.
Listed here are 5 issues to understand about Mr Prabowo, who may become the president of Southeast Asia's largest economic system and the entire world's most populous Muslim state.
Prabowo’s election manifesto indicates that the former typical will be focusing on turning Indonesia into a “solid country”.
Artikel ini memuat konten yang disediakan Twitter. Kami Di Sini meminta izin Anda sebelum ada yang dimunculkan mengingat situs itu mungkin menggunakan cookies dan teknologi lain.
The platforms on the a few candidates did not vary substantially, professionals stated, but Mr. Prabowo’s strongman bona fides set him apart.
Prabowo tidak menjawab pertanyaan itu dengan alasan dirinya baru beberapa jam menduduki kursi menhan. "Jadi saya tidak mungkin kasih jawaban yang tepat," katanya.
Menurut Titi, publik tidak bisa berharap kepada media massa untuk menolak iklan kontroversial seperti yang tampil di Harian Kompas. Kebutuhan perusahaan media untuk mendapatkan pemasukan menyulitkan terwujudnya harapan itu, kata Titi. Apalagi, terdapat regulasi yang tidak tegas membuat larangan.
"Nah dalam perspektif itulah kita ingin mengubah ramalan itu. Sekarang period Covid-19, semuanya sadar betul ujung-ujungnya yang paling kita butuhkan adalah tempat tinggal dan pangan.